Paris Saint-Germain (PSG) tengah bersiap menghadapi tantangan berat pada laga perdana Liga Champions musim 2025/2026. Lawan yang akan mereka hadapi adalah Atalanta, tim Serie A yang dikenal disiplin, agresif, dan sulit ditebak. Pertandingan ini dijadwalkan berlangsung di Parc des Princes, Kamis (18/9/2025) dini hari WIB dengan kickoff pada pukul 02.00.
Bagi PSG, laga ini tidak hanya sekadar pertandingan pembuka. Setelah sukses menjuarai Liga Champions musim lalu, tekanan untuk mempertahankan trofi tentu sangat besar. Apalagi, Atalanta bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Tim asal Bergamo itu datang dengan wajah baru dan motivasi tinggi.
Di musim panas 2025, Atalanta melakukan perubahan signifikan dengan menunjuk Ivan Juric sebagai pelatih kepala. Keputusan ini membawa warna berbeda bagi permainan La Dea. Juric, yang sebelumnya dikenal lewat filosofi pressing ketat dan transisi cepat di Serie A, langsung menerapkan gaya bermain agresif.
Selain perubahan di bangku pelatih, Atalanta juga aktif di bursa transfer. Mereka mendatangkan beberapa nama potensial seperti Kamaldeen Sulemana, Odilon Kossounou, dan Honest Ahanor. Kehadiran pemain-pemain baru ini memberikan kedalaman skuad yang lebih solid sekaligus opsi taktik yang lebih beragam.
Hasilnya cukup menjanjikan. Dalam tiga laga awal Serie A musim ini, Atalanta belum tersentuh kekalahan. Mereka mencatat satu kemenangan dan dua kali imbang, sekaligus menunjukkan bahwa transisi di bawah Juric berjalan cukup mulus.
Pelatih PSG, Luis Enrique, menyadari betul ancaman yang dibawa Atalanta. Dalam konferensi pers jelang laga, ia menyebut tim Italia itu sebagai lawan yang sulit diprediksi.
“Atalanta mengganti manajernya musim panas ini, jadi sulit menebak bagaimana mereka akan bermain. Namun, kita membicarakan tim tangguh dengan pemain berkualitas, mereka menekan tinggi dan tahu cara memanfaatkan bola,” ujar Enrique dalam wawancara dengan situs resmi UEFA.
Mantan pelatih timnas Spanyol itu juga menambahkan bahwa pertandingan kontra klub Italia selalu penuh tantangan. “Selalu sulit menghadapi tim asal Italia. Kami harus beradaptasi dengan gaya bermain lawan, tapi justru itu salah satu kekuatan PSG. Kami siap menghadapinya,” lanjutnya.
Atalanta mungkin tidak memiliki sejarah panjang di Liga Champions seperti PSG, tetapi catatan tandang mereka di kompetisi Eropa cukup mengesankan. Dari 14 laga terakhir di markas lawan, La Dea hanya menelan satu kekalahan. Sisanya mereka mengoleksi delapan kemenangan dan lima kali imbang. Rekor ini menjadi bukti bahwa Atalanta selalu tampil percaya diri meski harus bermain jauh dari publik sendiri.
Lebih jauh, duel ini akan menjadi pertemuan kedua antara PSG dan Atalanta di Liga Champions. Pertemuan pertama terjadi pada 12 Agustus 2020, ketika PSG menang tipis 1-0. Namun, dalam lima tahun terakhir, dinamika kedua tim banyak berubah. PSG sudah berkembang menjadi juara Eropa, sementara Atalanta kian matang dan konsisten bersaing di level tertinggi Serie A maupun kompetisi Eropa.
Bagi PSG, mempertahankan gelar Liga Champions jelas bukan tugas mudah. Banyak klub elit seperti Real Madrid, Bayern Munich, Manchester City, hingga Liverpool siap menjadi pesaing utama. Karena itu, Enrique menekankan pentingnya fokus sejak laga pertama.
Dengan skuad muda yang dipadukan pengalaman beberapa pemain senior, PSG diyakini mampu menjaga konsistensi. Namun, menghadapi Atalanta yang penuh energi bisa menjadi ujian awal untuk mengukur sejauh mana Les Parisiens siap mempertahankan status mereka sebagai penguasa Eropa.
Atmosfer Parc des Princes diperkirakan akan menjadi faktor penting bagi PSG. Dukungan penuh dari suporter di laga kandang pertama Liga Champions musim ini akan menjadi energi tambahan bagi Kylian Mbappé dan rekan-rekan. Semangat fans diyakini dapat membantu tim menjaga mentalitas positif sejak awal kompetisi.
Pada akhirnya, laga PSG kontra Atalanta diprediksi akan berlangsung ketat. PSG datang dengan status juara bertahan, sementara Atalanta mengusung misi kejutan di bawah komando Ivan Juric. Enrique sadar betul, kemenangan di laga pembuka akan sangat berarti untuk membangun momentum di musim panjang Liga Champions 2025/2026.