Pengangguran adalah salah satu masalah sosial dan ekonomi yang paling mendesak di Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Pada Februari 2024, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 7,53%, dengan angka yang lebih mengkhawatirkan di kalangan usia 15-29 tahun. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pengangguran di kelompok usia ini semakin memburuk, dengan ratusan ribu anak muda merasa putus asa dalam mencari pekerjaan. Fenomena ini dikenal sebagai “hopeless of job,” di mana pada Februari 2024, tercatat sebanyak 369,5 ribu anak muda masuk dalam kategori ini, menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya.
Fenomena “Hopeless of Job” di Kalangan Anak Muda
Istilah “hopeless of job” digunakan untuk menggambarkan kelompok anak muda yang merasa putus asa dan tidak lagi aktif mencari pekerjaan karena berbagai alasan, termasuk ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja, kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal, dan perubahan nilai kerja di kalangan anak muda. Mayoritas dari mereka yang masuk dalam kategori ini adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau pendidikan yang lebih rendah, yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masih menjadi faktor penting dalam peluang mendapatkan pekerjaan.
Peningkatan jumlah anak muda yang masuk dalam kategori “hopeless of job” tidak hanya menjadi indikator masalah ketenagakerjaan yang serius, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan dampak sosial dan psikologis yang lebih luas. Mereka yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan cenderung merasa terisolasi, kehilangan rasa tujuan, dan pada akhirnya, rentan terhadap masalah kesehatan mental seperti depresi. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa prevalensi depresi di kalangan usia 15-24 tahun mencapai 2%, angka yang menggarisbawahi krisis yang mungkin muncul dari kombinasi pengangguran dan tekanan psikologis.
Penyebab dan Dampak Pengangguran di Kalangan Anak Muda
- Ketidaksesuaian Keterampilan dan Kebutuhan Pasar Kerja: Salah satu penyebab utama pengangguran di kalangan anak muda adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan dengan kebutuhan industri. Banyak anak muda yang memiliki latar belakang pendidikan yang tidak relevan dengan pekerjaan yang tersedia di pasar, terutama di sektor formal. Ketidaksesuaian ini menyebabkan banyak lulusan kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka.
- Kurangnya Lapangan Pekerjaan di Sektor Formal: Sektor formal di Indonesia masih terbatas dalam menyerap tenaga kerja, terutama di kalangan anak muda. Meskipun ada upaya untuk meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan pekerjaan baru, banyak sektor yang masih belum mampu menyerap jumlah lulusan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Akibatnya, banyak anak muda yang terpaksa bekerja di sektor informal dengan upah rendah atau bahkan tidak bekerja sama sekali.
- Pergeseran Nilai Kerja di Kalangan Anak Muda: Pergeseran nilai kerja di kalangan anak muda juga menjadi faktor penting. Banyak anak muda saat ini lebih memilih fleksibilitas dan keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi dibandingkan dengan pekerjaan tetap yang mungkin tidak memberikan kepuasan pribadi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah anak muda yang memilih untuk menunda pencarian pekerjaan tetap atau bahkan memilih jalur karir alternatif seperti menjadi wirausaha atau pekerja lepas.
Dampak dari meningkatnya pengangguran di kalangan anak muda tidak bisa diabaikan. Selain meningkatkan beban ekonomi bagi negara, pengangguran juga memiliki dampak sosial yang luas, termasuk meningkatnya risiko kejahatan, penurunan kualitas hidup, dan peningkatan masalah kesehatan mental. Anak muda yang menganggur juga berpotensi kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengalaman yang diperlukan untuk berkarir di masa depan, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Langkah-Langkah yang Diperlukan untuk Mengatasi Pengangguran
Untuk mengatasi masalah pengangguran di kalangan anak muda, diperlukan langkah-langkah strategis yang mencakup kebijakan pemerintah, inisiatif pendidikan, dan partisipasi sektor swasta. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
- Meningkatkan Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan Industri: Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan industri. Ini bisa dilakukan dengan mengintegrasikan pelatihan keterampilan praktis dalam program pendidikan dan menyediakan akses yang lebih luas ke pendidikan vokasi yang fokus pada keterampilan yang dibutuhkan oleh industri.
- Mendorong Penciptaan Lapangan Kerja di Sektor Formal: Pemerintah perlu mendorong investasi di sektor-sektor yang memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja, seperti teknologi, manufaktur, dan sektor jasa. Selain itu, insentif bagi perusahaan yang menciptakan lapangan kerja bagi anak muda juga perlu ditingkatkan.
- Mendukung Inisiatif Wirausaha di Kalangan Anak Muda: Mengingat pergeseran nilai kerja di kalangan anak muda, dukungan untuk inisiatif wirausaha sangat penting. Pemerintah dan sektor swasta perlu menyediakan akses ke modal, pelatihan, dan mentor bagi anak muda yang ingin memulai bisnis sendiri. Dengan cara ini, anak muda dapat menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
- Meningkatkan Akses ke Layanan Kesehatan Mental: Mengingat tingginya risiko depresi di kalangan anak muda yang menganggur, akses ke layanan kesehatan mental perlu ditingkatkan. Ini termasuk menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis yang mudah diakses oleh anak muda, serta kampanye untuk mengurangi stigma terkait dengan kesehatan mental.
Meningkatnya pengangguran di kalangan anak muda Indonesia adalah tantangan besar yang memerlukan tindakan segera. Dengan langkah-langkah strategis dan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta, Indonesia dapat mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa anak muda memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial. Di sisi lain, peningkatan dukungan terhadap kesehatan mental sangat penting untuk menjaga kesejahteraan generasi muda yang merupakan masa depan bangsa.